Home » » Apa Kamu Bisa Romantis Untuk Aku??

Apa Kamu Bisa Romantis Untuk Aku??





Gerimis malam itu masih saja belum reda. Vita tetap saja menanti berhentinya kereta api di stasiun Lempuyangan, menunggu kepulangan Yoga yang selalu dia nantikan suara lembutnya. Dia sangat rindu pada temannya dan rindu itu dirasa amat menyekam setelah hampir satu tahun ini mereka terpisah pada jarak. Yoga berkuliah di Jakarta sedangkan Vita sendiri meneruskan kuliahnya di Yogyakarta.

Kereta api sudah berhenti dan penumpang  berhuyung-huyung turun. Matanya sibuk mencari Yoga diantara kerumunan orang berlalu-lalang. Namun sayang tak dia dapati Yoga di sana. Janjinya untuk datang menemui Vita dirasa hanya janji belaka. Kesetiaannya menunggunya di stasiun selama dua jam berlalu begitu saja. Amat dingin diarasa udara malam itu, tapi hati dialah yang lebih merasakan dingin. Mimpinya yang saat itu akan dia rasakan pelukan hangat Yoga serasa melayang jauh bersama sepinya stasiun.

        Vita masih saja berdiri termangu. Matanya sudah basah akan air mata, menahan gejola hati yang kian membara.

        “Hai…lama ya nunggu aku” ucap seseorang lembut.
Vita berbalik arah. Matanya melotot terkejut melihat Yoga telah berdiri di depannya seraya menunjukkan senyum manisnya. Vita hanya tersenyum haru dan semenit kemudian dia segera merangkul Yoga, melepaskan kerindukannya pada Yoga selama ini.

        “Kamu membuatku hampir menangis Yog” ucap Vita di sela isakan tangisnya.
        “Bukan hampir tapi emang sudah kan?” canda Yoga. Vita memukul kecil dada Yoga. Merasa haru sekaligus bahagia. Abim hanya tertawa kecil dan mendekapku erat.
        “kita pulang yuk..” ajak Yoga.

Vita termangu sesaat. Kecupan lembut yang begitu dia rindukan tak dia dapati saat itu. Sikap Yoga yang selau kaku tetap dia dapati meski telah satu tahun mereka  terpisah pada jarak. Yoga bukanlah tipe cowok romantis. Yoga adalah cowok tegas dan bijaksana yang tak pernah memberinya belaian lembut kecuali dengan canda dan leluconnya. Namun begitu Vita selalu sayang dan cinta dia. Dia sendiri yakin bahwa Yoga juga mencintainya. Buktinya selama lebih 1 tahun mereka pacaran tak sekalipun Yoga menyakiti Vita. Yoga selau membuatnya tertawa diantara nada-nada humornya. Selama mereka pacaran cuma sekali Yoga mencium Vita ketika ia ulang tahun dan itupun juga di kening.

        “Heh..kok ngelamun sih, pulang yuk.”
Kata Yoga mengagetkan Vita. Vita mengangguk pelan dan membiarkan Yoga menggandeng tangan Vita. Ada yang janggal saat itu dirasakannya. Ya.. Yoga mau menggandengnya.

Satu jam telah berlalu sia-sia. Yoga tak kunjung datang malam itu sesuai janjinya untuk menemui Vita di taman. Vita hanya sabar menunggu meski setiap menit malam itu dia rasakan penuh dengan rasa iri ketika melihat pasangan yang lain tengah memadu kasih. Romantis sekali. Dia jadi teringat akan kata-kata Ikfi tadi siang yang membuat perasaannya bimbang.
       
 “menurut ku pacaran tanpa belaian dan ciuman itu ibarat makan tanpa lauk, kurang lengkap.” Ceplos Ikfi mengomentari Vita ketika ia menceritakan tentang sikap Yoga selama mereka pacaran. Mendengar komentar Ikfi, Vita hanya tertunduk.
        “Coba kamu pikir selama kamu pacaran apa yang sudah Yoga kasih ke kamu. Cuma kasih sayang? Itu kurang non, apa kamu cukup puas dengan ngerasain kasih sayang itu dan apa kamu sudah pernah dapat wujud dari kasih sayang itu?”
        “maksud mu?”tanyaku tak mengerti.
        “misalnya kalau dia apel dia ngasih setangkai mawar buat kamu atau setidaknya dia mencium kening mu sebagai ungkapan dia sayang dan cinta sama kamu”
        “Yoga memang tidak pernah melakukannya Vi…”
kata Vita datar.
        “Lha terus kenapa kamu betah. Cowok nggak romantis gitu kenapa masih kamu pertahankan. Bisa makan ati tahu nggak! Boro-boro kamu dibelai, dipegang saja tidak. Menurut ku cowok seperti itu tidak bisa menghargai arti cinta. kamu benda hidup Yun, yang kadang juga ingin disentuh, tapi sayangnya kamu bego jika harus rela menyerahkan hati mu pada dia.” ucap Ikfi panjang lebar yang selalu mengiang-ngiang di telingaku.

“Apa benar kata Ikfi? Entahlah aku sendiri tak mengerti. Kadang aku sendiri sempat berfikir apa benar Yoga mencintaiku, karena selama ini Yoga tak sekalipun membelaiku ketika dia apel. Hatiku benar-benar sakit mengingat itu semua. Yoga bukanlah tipe cowok romantis yang selau kuimpikan, Yoga yang selau bersikap biasa bila bersamaku dan anehnya semua itu kujalani begitu saja selama tiga tahun lebih, bukan waktu yang singkat memang, karena itu aku selalu berusaha menepis jauh-jauh kegundahanku soal cowok romantis.”


Tapi tidak dengan malam itu. Ketidaksabaran Vita menunggu Yoga yang molor datang membuat dia semakin yakin kalau Yoga tidak menyayanginya ataupun mencintainya. Hubungan itu hanya sebagai hubungan berstatus pacaran tapi tanpa cinta. Meskipun tiga tahun yang lalu Yoga resmi mengikrarkan cintanya pada Vita.

        “Kamu lama ya menugguku? Maaf mobilku mogok tadi” kata Yoga menghentikan niat Vita yang ingin meniggalkan taman saat itu juga.
        “Tidak ada alasan lain?” Tanya Vita sinis. Yoga menatap dia dengan janggal.
        “Kamu marah Ta?”, tanya Yoga datar.

Vita hanya acuh tak acuh. Vita ingin tahu bagaimana reaksi Yoga jika melihat dia marah. Vita ingin Yoga mengerti apa yang dia iginkan, menjadi cowok romantis itulah mimpinya. Tidak seperti saat itu. Vita dan Yoga duduk dalam jarak setengah meter. Tidak dekat dan mesra-mesraan seperti pasangan lain malam itu.

        “Ta maafin aku, tapi mobilku emang tadi mogok.”
        “Kamu kan bisa telepon atau sms aku Yog, bukan dengan cara membiarkanku menuggumu kayak gini.”
        “Aku lupa bawa Hp Ta.”
, ucapnya pelan. Aku tetap tak mengindahkannya.
        “Kamu tahu tidak Yog, malam ini aku semakin yakin kalau kamu memang tidak pernah serius mencintaiku” papar Vita tersendat.
        “Ta kenapa kamu bicara seperti itu. Apa kamu kira selama tiga tahun lebih kita pacaran aku hanya iseng saja. Aku pikir kamu bisa paham tentang aku, tapi nyatanya…”
        “Ya aku memang tidak paham tentang kamu. Kamu yang kaku dan beku bila di sampingku yang tidak pernah membelaiku dan mengucapkan kalimat-kalimat indah di telingaku. Kamu yang cuma sekali mencium dan berkata aku cinta kamu. Kamu yang tidak memberiku perhatian-perhatian romantis selama ini. Kamu..kamu Yog membuatku muak dengan semua ini”, kata Vita dengan nada tersendat.

Mata Vita telah tergenang air hangat dan dia sunguh tidak sanggup lagi membendungnya.

        “Jadi kamu pikir cinta cuma bisa diungkapkan dengan keromantisan Ta, kamu kira apa hubunga kita terjalin tanpa rasa apa-apa dariku?”, tanya Yoga.
Vita masih terdiam bisu dalam tangisnya.
        “Ta..selama ini aku mengira kamu sudah mengerti banyak tentang aku, tapi ternyata aku salah. Kamu bukan Vitaku yang dulu..”
        “Kamu memang salah menilai aku dan akupun juga salah menilai kamu. Menilai tentang hatimu dan tentang cintamu selama ini”
        “Perlu kamu tahu Ta aku sangat mencintaimu dan sayangnya rasa cintaku ini harus kamu tuntut dengan keromantisan”
        “Aku tidak bermaksud menuntut Yog, aku cuma ingin hubungan kita indah seperti orang lain”
        “Wujud dari keindahan itu bukan terletak pada keromantisan Ta tapi terletak pada cinta itu sendiri. Aku tidak pernah membelai dan menciummu karena aku menghormati cinta kita. Aku tidak ingin hubungan kita menjadi ternoda dengan hal-hal yang dimulai dari belaian ataupun ciuman. Aku sayang kamu dan dengan itulah aku bisa buktikan seberapa dalam aku mencintaimu”

Dada Vita berdesir seketika. Segera dia tatap mata teduh Yoga. Disana ia dapati keteduhan cinta dan kasihnya.

        “Ta…jika kamu anggap cinta cuma bisa dinyatakan dengan sentuhan-sentuhan keromantisan itu salah. Cinta bukan cuma itu saja. Yang terpenting adalah bagaimana kita bisa menjaga hubungan suci itu tetap suci sampai kita benar-benar tVitat pada hubungan yang halal. Selama ini aku kira kamu bisa mengrti itu semua. Tapi aku salah dan untuk itu aku minta maaf jika aku tidak bisa menjadi seperti apa yang kamu mau”
        “Yog aku cuma..”,
ucap Vita tak terteruskan.

Ada rasa sesak yang keluar begitu saja di hatinya. Vita telah melukai Yoga dan itu bisa ia lihat dari kalimat datarnya.

        “Kamu tidak salah Ta dalam hal ini. Dan sepautnya aku melepaskanmu malam ini, membiarkanmu mencari cowok romantis seperti harapanmu. Jangan kamu kira aku tidak pernah mencintaimu, karena itu membuatku terluka. Jujur selama hidupku aku tidak pernah memikirkan gadis lain selain dirimu”

Bersaman kalimat itu Yoga berlalu meninggalkannya. Entah…kenapa bibir Vita tak mampu mencegah langkah Yoga. Semua ia rasa bagai mimpi. Hanya dengan satu kesalahan ia buat semua berakhir dalam sekejap. Air matanyapun  sudah mengalir deras. Seharusnya ia bangga memiliki Yoga yang tidak pernah neko-neko. Seharusnya aku tidak mendengarkan pendapat-pendapat Ikfi tentang cowok romantis. Seharusnya aku tidak membuat Yoga terluka saat itu.

Kereta api di stasiun
Lempuyangan sudah berangkat dua menit setelah ia tiba di sana. Vita berlari kesana-kemari memanggil-manggil nama Yoga dari jendela satu ke jendela lain. Namun usahanya itu tanpa hasil. Kereta api dengan perlahan telah membawa Yoganya dan juga cintanya pergi jauh. Vita berdiri terpaku melihat kereta api yang kian menjauh. Sesalnya menumpuk. Vita datang terlambat hingga tidak sempat mengatakan maafnya pada Yoga.

Kini Vita mulai sadar bahwa tidak ada yang lebih bisa membahagiakannya kecuali dengan kehadiran Yoga. Bagaimanapun dia, romantis ataupun tidak dialah orang yang benar-benar ia cintai. Kenangan-kengan indah bersamanya walau tanpa kemesraan saat itu membelainya dengan rasa yang teramat. Asanya telah pergi dan itu cuma bisa ia lakukan dengan menangis terpaku di tempatnya berdiri. Hidupnya tiada arti tanpa Yoga, dengan mencintainya apa adanya itu sudah lebih dari cukup. Tidak ada lagi tuntutan untuk dia berubah menjadi Yoga yang romantis. Rasa sesal telah membuatnya menyimpan permintaan maaf untuk Yoga.

Sampai dadanya tersentak merasakan tangan seseorang meraih bahunya Vita. Ia menatap tajam wajah itu. Mata teduh yang selalu membuatnya merasa damai jika didekat Yoga. Kelebutan jiwanya senantiasa menyuguhkan warna indah dalam memori dan sungguh tidak ada yang lebih romantis selain Yoga….

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Divoware Team
Copyright © 2014. Divostory Blog - All Rights Reserved
Template Modify by Divoware Team
Proudly powered by Blogger